Film-film
nasional saat ini mulai menjadi sorotan dunia. Indonesia kini patut berbangga
dengan semakin banyaknya karya anak negeri yang tampil di pentas internasional.
Kesuksesan mereka saat tampil di negeri orang bahkan menuai banyak pujian.
Sebut saja misalnya film Modus Anomali, The Raid, The Witness hingga Langit Biru dan Lovely Man. Film-film ini mestinya
bakal menjadi pemicu semangat para sineas Indonesia untuk terus menciptakan
karya yang mampu bersaing dengan film-film mancanegara.
Berikut,
lima film yang menuai banyak pujian di luar negeri itu.
Modus
Anomali
Film Modus Anomali yang diproduksi Lifelike Pictures
dengan produser Sheila Timothy berhasil mendapat banyak apresiasi di berbagai
kancah film dunia. Setelah melakukan world premiere di
festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, South By Southwest (SXSW)
2012, di Austin, Texas pada 9-17 Maret 2012 lalu, film besutan sutradara Joko
Anwar ini mendapat sorotan luas.
Tak
hanya sekadar dipuji, film ini pun terpilih ditayangkan pada
“Midnighters”. Section ini adalah acara
khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan
tengah malam. Di “Midnighters”, Modus Anomali tayang
empat kali, yaitu pada 11, 12, 14, dan 16 Maret 2012. Tak hanya itu, film yang
dibintangi Rio Dewanto ini juga mendapat review beragam.
Tanggapan positif antara lain datang dari para kritikus dan blogger film di Amerika.
Sebelumnya, Modus Anomali yang akan tayang di bioskop Tanah
Air mulai tanggal 26 April 2012 ini juga sempat memenangkan sejumlah
penghargaan, antara lain Bucheon Award di Korea Selatan. Setelah menyabet
penghargaan bergengsi ini, beberapa investor film mancanegara dikabarkan
menyatakan ketertarikan mereka untuk dilibatkan dalam proses produksinya.
Menurut
rilis yang diterima VIVAnews.com,
penghargaan ini dianugerahkan di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF)
yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di
Korea Selatan. Modus Anomali adalah
film thriller yang bercerita tentang seorang laki-laki
yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat berlibur di sebuah hutan.
Di hutan, dia harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh misterius.
The
Raid
Sejak
diproduksi, film garapan Gareth Evans ini sudah menuai banyak pujian. Itu
antara lain terlihat dari diraihnya penghargaan “The Cadillac People’s Choice
Midnight Madness Award” dan menjadikan The Raid sebagai
film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat
dunia. Tidak hanya karena skenarionya yang penuh adegan berkelahi, The Raid juga dianggap berhasil memicu semangat
dunia perfilman Indonesia yang belakangan ini dibuat jenuh dengan film-film
yang semata mengeksploitasi pocong dan cerita-cerita misteri lokal yang nyaris
seragam. Sejak penayangan perdananya pada 23 Maret lalu, jumlah penonton film
yang dibintangi Iko Uwais ini juga terus bertambah dari hari ke hari. Tak hanya
itu, film ini juga meraih sukses di Amerika Serikat. Film produksi PT Merantau
Film ini berhasil melesat tajam di box office AS.
Film The Raid sempat bertengger di posisi 11 dengan
penghasilan sebesar US$1,228 juta atau sekitar Rp11 miliar. Tak hanya sukses di
negara Paman Sam, film bergenre laga ini juga berhasil menarik perhatian
penonton di Tanah Air. Bahkan, beberapa bioskop tercatat menambah layar untuk
film ini. Penonton film The Raid di
Indonesia telah mencapai 1 juta lebih sejak penayangan perdananya.
The
Witness
Film
Indonesia yang juga mendapat sambutan hangat di negara lain, adalah The Witness, film bergenre thriller. Film yang disutradarai Muhammad Yusuf ini
sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret lalu. Untuk pertama kalinya film
Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, tidak sebatas sebagai pengisi
di festival film saja. Sebelum ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board
(CEB), sebuah badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai
A untuk The Witness. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina
bahkan berpendapat sineas-sineas Filipino harus belajar membuat film dari
Indonesia.
Tak
hanya di Filipina, menurut produser Sarjono Sutrisno, The Witness juga akan diputar di sejumlah negara
Asia. “Rencananya Juni akan tayang di Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand,
dan Dubai. Kami mau kuatkan dulu di Asia,” ujarnya. Film untuk 18 tahun ke atas
ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui
mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan
senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai diputar di bioskop Tanah Air
pada 26 April 2012 mendatang.
Langit Biru dan Lovely Man
Film Langit Biru dan Lovely Man tak
mau ketinggalan. Dua film ini masuk nominasi Osaka Asian Film Festival,
Jepang. Terpilihnya dua film dari Indonesia ini merupakan hal yang
istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka hanya memilih satu film
dari masing-masing negara peserta. Menurut panitia, kedua film ini dinilai
layak masuk kualifikasi karena kualitas dan keunikannya. Film musikal
anak-anak Langit Biru diputar di Umeda
Garden Cinema. Dalam film tersebut, sang sutradara, Lasja F. Susatyo,
menggambarkan problema sehari-hari anak-anak di Jakarta dan cara mereka
mengatasi masalah sendiri. Salah satu tema yang diusung adalah soal perbedaan
dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.
Sementara
itu, Lovely Man juga diputar di bioskop Cine Nouveau.
Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun menyedot cukup banyak
penonton Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas. Film ini pada
dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang
sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok anak yang
santun, berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu
dengan sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota
Jakarta.
Salah
seorang penonton Jepang berkomentar, “Film Indonesia lebih mudah dipahami dalam
menyampaikan pesannya, dibandingkan film Jepang yang selalu cenderung rumit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar